Mengerti

Terkadang saya tak bisa mengerti
Walaupun saya selalu berusaha mencari tahu
Kosong yang ada di kehidupan ini
KIta isi dengan keluarga, teman dan yang terkasih

Dengan Selasa dan Rabu
Kamis dan Jumat
September dan Juli
Hujan dan terik mataharii

Saya disini
Selalu disini
Mungkin bukan raga
Tapi jiwa saya janjikan

Ingat pada persamaan
Juga kekurangan
Walaupun berbatas
Karena kita menutup mata

Apakah kamu mengerti
Ketika saya sendiri atau berdua
Langit akan selalu biru
dan kita menanti gumpalan awan berbentuk cita-cita

Ini bukan cinta ataupun rasa sayang
Ini adalah harapan
Keinginan hati terdalam
yang saya jabarkan

Saya menanti diujung sana
Jangan terlambat ataupun tersesat
Karena ada saya
diujung sana

Negara Musim Panas, 12 Mei 2011.
Untuk satu hidup dan satu mati, semoga 🙂

Rent for Free

If I could, I would
Take off the shoes that has been my loyal company

If only I could
Swim the sea and cross the land of sands, barefoot
Leave my shoes somewhere I can’t find

My eyes are red, as always
Giving birth to thousands question of what happened
When we are made for each other

For them cannot see
What they don’t wanna see

For them cannot feel
What they don’t wanna feel

But I,
I rent my shoes for free
For you and them who’ve been arguing with reality

And I,
I think you will never understand
Though you say you know me by heart, by years by now

Truth still kept inside
Waiting to be buried deeper
Waiting to be forgotten

Friends,
My shoes are for rent
so you know how it feels like
to be me.

Singapore, Beginning of April, 2011

Sedikit Tentang Ayah

Lahir tahun 1955
Anak ketiga dari empat bersaudara
Ayah anak lelaki terakhir yang dilahirkan sang Ibu
Penuh perjuangan dan peluh

Ayah benci singkong
Karena dulu setiap hari hanya bisa makan singkong
Nasi pun hanya bertemankan garam
Jika beruntung, satu telur dimakan berenam

Ayah memuja Apa’ dan Ema’
Orang tuanya yang sangat sederhana
Apa’ pegawai pemerintah biasa
dan Ema’ ibu rumah tangga

Sekolah Dasar hingga Sekolah Teknik Menengah
Kaki adalah sarana utama
Ayah bilang sewaktu remaja
Lebih baik merokok ketimbang naik bis kota

Walau hanya satu buku yang terselip lusuh di saku celana
Cukup untuk bekal dikelas
Selalu menjadi juara
Selalu menjadi yang pertama

Usia 19 Ayah sudah harus mandiri
Pergi ke Ambon mengejar koinkoin kebahagiaan
Berjuang dan berusaha sendiri
Tapi itulah lelaki, Ayah bilang.

Lalu ketika dewasa bertemu pasangan jiwa
Memang gaji tak seberapa
Tapi bisa traktir calon istri semangkuk baso
dan keliling kota dengan vespa

Ayah berjuang untuk wanitanya
Walau hanya bisa main catur dengan Bapak-nya
Ayah tak peduli
Dan tetap berusaha

Punya istri dan rumah
Ditambah satu anak perempuan dan satu anak lelaki
Lengkap sudah keluarga idaman Ayah
Sesuai slogan Keluarga Berencana

Bagi Ayah membeli terasi di warung sudah biasa
Mengulek sambal pun dia ahlinya
Walaupun bukan koki
Nasi Goreng buatan Ayah selalu bikin nagih

Satu citacita Ayah, ingin sekali melihat dunia
Setiap penjuru bumi sudah dia jelajahi
Tapi hanya lewat kecanggihan teknologi
Sabar, Ayah, nanti saya perlihatkan dunia, itu adalah janji.

Sebentar lagi usia Ayah 56
Kepalanya dipenuhi uban
Kerut diwajah terlihat jelas
Kulitnya semakin hitam terbakar matahari di lapangan kerja

Ayah bilang, Itulah tanggung jawab seorang lelaki dan suami
Bekerja untuk anak dan istri
Tiada habisnya menghitung dan mengukur
Terlalu capai hingga tidur selalu mendengkur

Banyak permintaan maaf yang ingin saya sampaikan kepada Ayah
Maaf, nilai Matematika saya selalu lima
Maaf, saya tidak bisa masuk IPA
Maaf, saya tidak bisa bikin bangga

Tapi Ayah tahu, saya berusaha
Saya ganti semuanya dengan dunia
Berada di tempat yang selalu Ayah impikan
Dan sebuah foto sebagai oleholeh berisikan kebahagiaan

Tak sanggup rasanya mengucapkan terima kasih
Terlalu banyak pemberian Ayah
Waktu dan tenaga
Perhatian dan pengertian

Ayah tak pernah bilang sayang
Hanya ciuman di kening sebagai tanda
Hanya Ayah yang akan selalu sayang
Saya apa adanya untuk selamanya.

Singapura, 13 Januari 2011.

Untuk Ayah dan Cinta Tanpa Batas-nya.

Dari Anakmu, Neng Geulis.

Chicane – No Ordinary Morning

If there was nothing that I could say
Turned your back and you just walked away
Leaves me numb inside I think of you
Together is all I knew

We moved too fast but I had no sign
I would try to turn the hands of time
Then look to you for the reason why
The love we had passed me by

And as the sun would set you would rise
Fall from the sky into paradise
Is there no light in your heart for me?
You’ve closed your eyes, you no longer see

There were no lies between me and you
You said nothing of what you knew
But there was still something in your eyes
Left me helpless and paralyzed

You could give a million reasons,
change the world and change the times,
Could not give me the secrets of your heart
and of your mind

In the darkness that surrounds me now
there is no peace of mind
Your careless words undo me,
leave the thought of us behind