Lahir tahun 1955
Anak ketiga dari empat bersaudara
Ayah anak lelaki terakhir yang dilahirkan sang Ibu
Penuh perjuangan dan peluh
Ayah benci singkong
Karena dulu setiap hari hanya bisa makan singkong
Nasi pun hanya bertemankan garam
Jika beruntung, satu telur dimakan berenam
Ayah memuja Apa’ dan Ema’
Orang tuanya yang sangat sederhana
Apa’ pegawai pemerintah biasa
dan Ema’ ibu rumah tangga
Sekolah Dasar hingga Sekolah Teknik Menengah
Kaki adalah sarana utama
Ayah bilang sewaktu remaja
Lebih baik merokok ketimbang naik bis kota
Walau hanya satu buku yang terselip lusuh di saku celana
Cukup untuk bekal dikelas
Selalu menjadi juara
Selalu menjadi yang pertama
Usia 19 Ayah sudah harus mandiri
Pergi ke Ambon mengejar koinkoin kebahagiaan
Berjuang dan berusaha sendiri
Tapi itulah lelaki, Ayah bilang.
Lalu ketika dewasa bertemu pasangan jiwa
Memang gaji tak seberapa
Tapi bisa traktir calon istri semangkuk baso
dan keliling kota dengan vespa
Ayah berjuang untuk wanitanya
Walau hanya bisa main catur dengan Bapak-nya
Ayah tak peduli
Dan tetap berusaha
Punya istri dan rumah
Ditambah satu anak perempuan dan satu anak lelaki
Lengkap sudah keluarga idaman Ayah
Sesuai slogan Keluarga Berencana
Bagi Ayah membeli terasi di warung sudah biasa
Mengulek sambal pun dia ahlinya
Walaupun bukan koki
Nasi Goreng buatan Ayah selalu bikin nagih
Satu citacita Ayah, ingin sekali melihat dunia
Setiap penjuru bumi sudah dia jelajahi
Tapi hanya lewat kecanggihan teknologi
Sabar, Ayah, nanti saya perlihatkan dunia, itu adalah janji.
Sebentar lagi usia Ayah 56
Kepalanya dipenuhi uban
Kerut diwajah terlihat jelas
Kulitnya semakin hitam terbakar matahari di lapangan kerja
Ayah bilang, Itulah tanggung jawab seorang lelaki dan suami
Bekerja untuk anak dan istri
Tiada habisnya menghitung dan mengukur
Terlalu capai hingga tidur selalu mendengkur
Banyak permintaan maaf yang ingin saya sampaikan kepada Ayah
Maaf, nilai Matematika saya selalu lima
Maaf, saya tidak bisa masuk IPA
Maaf, saya tidak bisa bikin bangga
Tapi Ayah tahu, saya berusaha
Saya ganti semuanya dengan dunia
Berada di tempat yang selalu Ayah impikan
Dan sebuah foto sebagai oleholeh berisikan kebahagiaan
Tak sanggup rasanya mengucapkan terima kasih
Terlalu banyak pemberian Ayah
Waktu dan tenaga
Perhatian dan pengertian
Ayah tak pernah bilang sayang
Hanya ciuman di kening sebagai tanda
Hanya Ayah yang akan selalu sayang
Saya apa adanya untuk selamanya.
Singapura, 13 Januari 2011.
Untuk Ayah dan Cinta Tanpa Batas-nya.
Dari Anakmu, Neng Geulis.